Tertutup tanah
Selasa, 14 Mei 2013
0
komentar
Read: bilal revolusi.
Ambon, 10 April 2013.
Pengingat yang paling bijak untuk menyadarkan kita sebagai manusia yang tak punya apa-apa adalah kematian, adalah kisah kematian. Hari ini, adik saya fajar bertanya pada saya tentang apakah ada manusia yang tidak di kuburkan saat mengalami kematian. Saya menjawab bahwa agama hindu mengajarkan manusia haruslah dibakar saat mati. Di pedalaman buru selatan, hidup suku-suku yang meninggalkan kampungnya dikarenakan ada orang yang mati di kampung mereka, mereka pindah [hijrah] bila salah seorang dikampung mereka mati. Lain lagi dengan orang dipedalaman Naulu, sebuah kampung di seram yang menguburkan orang mati di dalam batu yang besar, sama halnya dengan orang mati di Toraja. Jadi bila ditanyakan tentang apakah ada manusia yang tidak dikuburkan, tentu saja ada. Tidak menguburkan dan memilih cara penguburan masing-masing, terkadang bergantung pada adat dan agama di daerah setempat. Misalnya bila adat mereka mengajarkan untuk menguburkan manusia yang telah mati di dalam batu atau menaruh manusia yang mati dalam rumahnya setelah dimandikan dan meninggalkannya begitu saja seperti dipedalaman buru selatan. Begitu pula dengan agama, ada agama yang mengajarkan ngaben [membakar mayat].
Apa yang
ditanya adik saya, fajar, adalah sebuah pertanyan yang hampir sama dengan
pertanyaan anak Adam yakni habil dan khabil, saat salah satu dari mereka mati
dibunuh oleh saudaranya sendiri. Maka, seketika kepanikan merasuk dalam hati si
pembuhun tersebut. Dia bingung, bagaimana menguburkan mayat saudaranya. Dan tak
lama, Allah SWT, mengutus dua ekor burung yang saling bertengkar. Diantara dua
ekor burung tersebut ada yang mengalami kematian dalam perkelahian tersebut,
maka burung yang membunuh itupun menguburkan bangke burung yang telah mati,
menggali tanah dan memasukkan burung yang mati itu dalam kubangan yang telah
digalinya, dan menutupnya kembali dengan tanah. Apa yang dilihat oleh salah
anak Adam, menjadikannya ide untuk melakukan hal yang sama. Menggali tanah dan
menguburkan mayat saudaranya didalam tanah.
Islam
mengajarkan hal yang sama dengan yang dicontohkan anak adam yakni
menguburkan manusia yang mati dalam
tanah. Tentang hal ini, saya sempat ingat waktu sekolah dulu di MTS N batu
merah, ustad Pita [Pak oji] pernah bercerita bahwa suatu hari ada seorang islam
yang meninggal. Lalu ada yang mengatakan “inna lillahi waina ilaihi rajiun”. Saat
seorang nan islam bertanya pada orang yang mengatakan perkataan itu: “artinya
apa?” orang tersebut mengatakan “yang dari tanah kembali ketanah”. Tak lama kira-kira
seminggu, dikampung itu ada yang meninggal, dan yang menginggal ini adalah seorang
non islam. dengan cepat orang non islam itu mengucapkan: “yang dari tanah
kembali ke tanah” semua pelayat non islam itu betanya, “kok, bilangnya begitu?”
si non islam itu bilang, “orang islam mengajar saya kata-kata itu, inna… inna…
apa gitu, saya Cuma ingat artinya saja”. Maka dikampung itupun tiap ada yang
meninggal, semua akan berkata “yang dari tanah kembali ketanah”. Hal ini terdengar aneh hingga dikuping seorang
yang berilmu, ia pun tertawa dan mencoba meluruskan arti dari innalillahi
wainna ilaihi rajiun. Yang berasal dari Allah akan kembali padaNya.[]
0 komentar:
Posting Komentar