Takdir Tuhan
Kamis, 04 Juli 2013
0
komentar
"Takdir Tuhan"
Read: Muhammad ali
[catatan seorang blogger kurang ajar]
Ambon, 14 mei 2013.
siang ini di lantai dua kampus program study sejarah saya ditanyai pertanyaan oleh adik tingkat bernama Isman. dia bertanya tentang ketetapan Tuhan atau biasa disebut dalam agama sebagai Takdir. pertanyaannya seperti begini:
"abang Al, saya
ingin tanya! Apakah manusia itu bisa mengubah takdir? maksudnya, saat dia sudah
ditetapkan takdirnya, lantas dia mengelak untuk berubah dari posisinya sekarang
keposisi yang lain, apakah manusia bisa mengubahnya?"
saya cuma tersenyum
mendengar pertanyaan seperti ini. dan saya pun menjawab pertanyaannya dengan
melogikakan maksud dari pertanyaannya. saya mengatakan bahwa baru-baru ini saya
bertemu dengan seorang yang dulunya dia berpikir bahwa untuk menjadi seorang
PNS haruslah menjadi seorang sarjana terlebih dahulu, maka dia pun kuliah.
namun, baru saja kuliah dia pun keluar dari kampus karena tidak betah dengan
kehidupan kampus. dia pun banting stir menjadi seorang juruketik, dia membuka
sebuah rental. lama berselang, suatu hari saat bertemu dengannya. dari
mulutnya, dia mengatakan bahwa namanya ada di daftar pegawai yang lolos CPNS di
salah satu kabupaten di Ambon. menakjubkan. lantas saya bertanya pada adik
kelas saya itu.
"apa yang bisa
dikatakan oleh lelaki yang lolos CPNS itu?" tanya saya dengan senyum yang
terhias dengan sangat manis.
"nasip"
katanya dengan cepat.
"nah, itulah
takdir. kita nggak pernah tahu tentang takdir Tuhan. bisa saja kita berpikir
bahwa kita bisa keluar dari takdir hari
ini, namun tahukah bahwa sebenarnya sekuat apapun cara yang kita perbuat toh
semua yang kita perbuat itu telah ditetapkan ketetapannya. cuma kita dianjurkan
untuk mengubah dalam artian berusaha untuk melakukan sesuatu, saat kematangan tersebut telah sampai kita
mampu untuk mendapatkannya" kata saya menimpali.
***
kisah yang lebih menarik
saya dapatkan dari tulisan imam musbikin, Tuhan mengapa aku miskin
[Divaperss, 2008]. dalam bukunya itu, imam musbikin menceritakan kisah seorang
yang ingin mengetahui tentang takdir Tuhan. karena dia hidup berkecukupan, dia
ingin tahu apakah dia bisa hidup tanpa makan sesuap nasipun ataukan dia telah ditakdirkan
untuk mati dalam kelaparan itu?. maka diapun pergi menjauh dari keramaian
orang, meninggalkan hirupikuk dunia yang padat. sampailah dia disebuah tempat
yang jauh dari jangkauan manusia, di sebuah gunung yang tinggi dan disana
terdapat sebuah goa--dia berteduh disana. karena hujan diapun tertidur, taklama
dia mendengar suara dari luar mulut goa, dahinya berkerut dia yakin bahwa goa
yang dia tempati ini sangatlah jauh dari manusia pada umumnya, apakah dia salah
mendengar? namun memang benar terdapat serombangan orang-orang yang sedang
diluar dan bermaksud untuk berteduh di dalam goa tersebut dari terjangan hujan.
maka masuklah mereka, saat mereka masuk betapa kagetnya mereka melihat seorang
manusia tergeletak di sana. mereka mencoba untuk berbicara dengan orang
tersebut, namun tak satu katapun kata dikeluarkan oleh lelaki yang ingin
mengetahui takdir Tuhan itu. dicoba lagi salah seorang dari mereka yang kaget
itu, namun masih tetap saja lelaki itu diam seribu bahasa. dan tanpa di duga
salah satu dari mereka menyimpulkan bahwa mungkin orang ini sudah sangat
kedinginan dan persediaan makanannya telah habis, maka untuk mengucapkan satu
kata saja dia sudah tidak sanggup, sangkin kelaparannya. mereka mencari akal,
bagaimana caranya untuk membuat lelaki dihadapan mereka ini berbicara?. mereka
menyalakan perapian dan salah satu dari rombongan itu mengusulkan untuk
memberinya makan. disodorkanlah makanan untuknya, namun alih-laih untuk
memakannya, dipun tak menyentuhnya sama sekali, dibenaknya mana mungkin dia
ingin makan padahal dia sendiri ingin mengetahui takdir tuhan. rombongan itupun
panik, mereka mencari akal lagi, bagaimana caranya dia bisa makan? salah satu
dari mereka memeberi saran untuk menyuapi lelaki itu. dan satu diantara mereka
maju menghampirinya, dan mencoba untuk memasukkan makanan didalam mulutnya.
lelaki yang ingin mencari takdir Tuhan itu, bersikeras menutup mulutnya
serapat-rapatnya lagi agar satu bitur makanan pun tidak masuk. para rombongan
terus menyodorkan dan kini mulai memaksakan, dan saat makanan tersebut masuk
kemulutnya, pecahlah sebuah tawa yang besar. sang pencari takdir Tuhan itu pun
tertawa sejadi-jadinya. diapun bercerita bahwa dia sedang mencari takdir Tuhan
untuk mengetahui apakah dia ditakdirkan untuk makan tanpa dengan tangan yang
dia punya?...
oleh karenanya, sebab kita
tidak mengetahui takdir tuhan itu. seringkali kita langsung menyimpulkan ini
dan itu. padahal mungkin saja Tuhan mempunyai caranya untuk membuat kita sadar
bahwa terkadang apa yang kita usahakan mempunyai level-levelnya masing-masing.
bukankah level kehidupan seorang bayi berbeda dengan seorang yang dewasa? dan
kita sama sekali tidak mengetahui level kehidupan kita, kita hanya mengikuti
jalur kehidupan kita masing-masing. yang seorang Pelajar menganggap bahwa
menjadi mahasiswa adalah caranya untuk mendapatkan pekerjaan. yang sering ikut
tes polisi beranggapan bahwa ini caranya untuk jadi polisi dan lain-lain. itu
adalah cara kita, namun layak tidaknya tergantung hak Allah. bisa saja saat
kita menjadi mahasiswa malah kita nantinya jadi seorang depresi karena tak
tahan untuk mendapatkan nilai D dan E akhirnya bunuh diri. atau bisa saja
anggapan kita menjadi seorang polisi malah membuat kita menjauh dari banyak
orang dnegan menggap bahwa wibawa kita dimata masyarakat lebih tinggi dan
wibawa masyarakat sangatlah rendah. kita kan tidak tahu. jadi jangan pernah sok
tahu bahwa takdir saya begini dan begitu[] Read: Muhammad ali I takdir Tuhan
I bilalrevolusi.blogspot.com I Ambon I 14 mei 2013.
0 komentar:
Posting Komentar