Museum Siwa lima
Kamis, 02 Mei 2013
0
komentar
“Museum Siwa lima”
Read: bilal revolusi
28 maret 2013.
Museum merupakan salah satu tempat untuk belajar kebudayaan masa lalu. Dan kamis tadi, saya, Rudini dan abang Majid berkesempatan berkeunjung ke museum di kota Ambon, yakni Musium Siwa lima. Saat menginjak kaki pertama kali kami langsung datang ke Pura Ciwa Stana Giri di sana. Tak lupa berfoto menjadi hal yang sangat menarik. Bang majid bahkan sampai berkali-kali mengatakan: ini bali, ini bali, ini bali. Yah, memang pura yang ada di areal museum menjadi daya tarik untuk kita, terlebih saya sampai tidak punya foto di pura itu sangking bersemangat untuk mengambil gambar.
Read: bilal revolusi
28 maret 2013.
Museum merupakan salah satu tempat untuk belajar kebudayaan masa lalu. Dan kamis tadi, saya, Rudini dan abang Majid berkesempatan berkeunjung ke museum di kota Ambon, yakni Musium Siwa lima. Saat menginjak kaki pertama kali kami langsung datang ke Pura Ciwa Stana Giri di sana. Tak lupa berfoto menjadi hal yang sangat menarik. Bang majid bahkan sampai berkali-kali mengatakan: ini bali, ini bali, ini bali. Yah, memang pura yang ada di areal museum menjadi daya tarik untuk kita, terlebih saya sampai tidak punya foto di pura itu sangking bersemangat untuk mengambil gambar.
Perjalanan kami
pun menuju, peninggalan masa lalu—terutama peninggalan masyarakat Maluku dalam
kehidupan keseharaian mereka. Di sana, saya melihat foto di dinding yang
menggambarkan wajah etnis di Maluku. selain gambar wajah dari beragam etnis di
Maluku ada juga replika barang-barang rumah tangga, semacam kampak, parang,
tembikar, cawan yang terbaut dari tanah liat, teko, dan bakol yang di gunakan
untuk memikul hasil alam. selain itu, perhiasan-perhiasan di biasa dikenakan
oleh para kaum hawa masa lampau pun dipamerkan di museum.
Pada lantai
dua, terdapat replika bahari yang ada Maluku, jenis-jenis ikan, parao [kapal
kayu], dan yang paling bikin saya tertarik adalah buaya yang telah diwetkan,
buaya ini membunuh 10 orang dan 5 orang lain luku-luku. Buaya yang beringas ini
akhirnya ditembak berkat kerja sama polisi dan TNI di pulau Buru.
Ruangan
berikutnya, adalah kerangka tiga ekor paus yang sangat besar terpajang di sana.
Ukuran yang sangat besar itu, membuat saya akhirnya sadar bahwa kisah Arabic
tentang nabi Allah Yunus yang ditelan seekor paus besar menjadi nyata. Kala
berkunjung di ruangan itu, saya nyeletuk kepada Rudini:
“pantas saja,
nabi Yunus bisa bertahan hidup di dalam perut paus, lha wong paus yang
terdampat di Maluku ini saja besarnya minta ampun! bagaimana lagi paus di masa ribuan
tahun sebelum ditemukannya paus yang terdampar di Maluku ini?”
Perjalanan kita
berakhir saat kita singgah di sebuah masjid di salobar. Seteguk minuman botol
berasa jeruk, menyegarkan dahaga kami. Desiran ombak dan obrolan santai menutup
perjalanan ini di museum siwa lima—Ambon.[]
0 komentar:
Posting Komentar