“SAYA TIDAK MEMBENCI TENTARA AMERIKA!”

Posted by bilal Sabtu, 26 Januari 2013 0 komentar
“SAYA TIDAK MEMBENCI TENTARA AMERIKA!” 
Word: bilal revolusi 

Pada dasarnya Negara adikuasa semacam amerika, menggunakan warganya sendiri untuk membunuh anak-anak di Pakistan, afganistan, irak, dan Negara-negara lain yang di anggap musuhnya.para tentara di gunakan sebagai alat untuk menjaga eksistensi Negara adikuasa itu. Maka tak mengherankan bila ada dari mereka [tentara amerika- red]. Yang tujuan mereka datang ke afganistan, afrika dan di daerah konfik itu dengan tujuan yang sangat hina, yakni uang. Kisah ini bisa kita saksikan dalam kaset-kaset film amatiran mereka, dalam majalah-majalah di amerika, dalam Koran-koran online mereka sendiri. Bandingkan dengan apa motif yang di gaungkan oleh mereka-mereka yang dengan ikhlas datang ke afganistan, yang di landaskan oleh prinsip mengusir penjajahan [jihad]. Mereka tidak di bayar untuk semua itu, mereka rela datang dari pedesaan kecil, dari Negara-negar kecil bahkan dari tempat-tempat yang tidak kenal tidak seperti halnya new York city, lastveigas, texas, Arizona dan lain sebagainya. Saya cukup sadar melihat semua itu. dan saya mencoba membandingkan manusia-manusia satu dengan yang lainnya dari sisi yang amat hina ini, yakni materi yang dikejar oleh para bala tentara amerika. Saya menonton beberapa film semacam; the a team, the social networking, act-real steel, atau bahkan yang mengambil setting jadul; 10.000 BC. film-film yang terdapat di perpustakaan kecil di sebuah perumahan kumuh di ambon menggambarkan bagaimana, saya bisa sadar bahwa semua yang di gembar-gemborkan Negara adikuasa [dalam hal ini bagi saya Negara adikuasa adalah kamuflase] merupakan kejahatan kemanusiaan yang di ciptakan oleh negaranya sendiri. Masih dalam tempat yang sama, di dalam perpustakaan, saya menonton video klip Linkin Park - CASTLE OF GLASS (featured in Medal of Honor Warfighter). Yang mengisahkan tentang seorang anak yang kehilangan ayahnya di sebuah pertempuran, sang ayah yang pergi atas dasar uang, ia pergi kemedan laga untuk membiayai kehidupan keluarganya. Saya mulai sadar dan di sadarkan oleh film berjudul krakatoa, sebuah film yang menggambarkan bagaimana penjajah belanda mengabdi pada negaranya, dengan gaji kecil hidup di daerah rawan gempa. Hal senada pun terjadi pada dunia hari ini. Atas nama uang, banyak dari kita harus merelakan dirinya untuk membunuh, melacur dan merampok. Ironi memang melihat bahwa, semangat kita adalah semangat material belaka. Seperti halnya tentara amerika yang kere, seperti halnya VOC di zaman duluh yang menggunakan warganya sendiri untuk merauk rempah-rempah di Indonesia. Sama halnya dengan motif, Negara amerika, menyerang irak, bukan karena senjata pemusna masal yang sampai detik ini tak terbukti kebenarannya, ini mengindikasikan bahwa amerika hanya bermulut besar, pemerintahan amerika, menggunakan isu untuk menjarah kekayaan Negara orang lain, mereka adalah perampok, dan para tentaranya adalah para manusia dungu yang mengikuti perampok. The books of eli, mengajarkan saya seberapa bodohnya kacung di sebuah kawasan biadab, yang merebutkan sumber kekuatan dunia, yakni buku, mereka membunuh satu dan yang lain untuk merebut buku. Membunuh dengan bengis, dan memang sangat bengis. Karena mereka bodoh. Dalam salah satu adegan, redridge [seorang kaki tangan penjahat] mengatakan kepada bosnya “kau menggunakan orang yang tak bisa membaca untuk mencari buku yang kau cari, bagaimana bisa?”. Apa yang di jawab sang bos? Ia menjawab dengan sangat sederhana: “ku manfaatkan benda yang berada di tangan”. The book of ely, lagi-lagi mengajarkan saya bagaimana, bangsa koloni memainkan peran untuk menguasai dunia. Mereka ingin menguasai sumber peradaban yakni buku. Balik lagi dimasa semua orang bisa membaca dan menulis, seperti sekarang ini. Apa yang bisa di rebut?... tentu saja ada. Yakni, sumber kehidupan. Manusia-manusia picik, bangsa koloni, dan meterialisme, mengerahkan manusia buta dan bodoh untuk menjarah sumber daya alam Negara lain. Dan kita lantas membenci para cecuruk mereka. Al qaidah, muhajidin dan jama’ah gerakan bawah tanah lainnya telah menggunakan dua cara untuk mengalahkan sang koloni. Yakni menghancurkan mental cecuruk di tempat jajahannya, dan menyerang sarang penyanum yakni di pentagon. Tapi, sekali lagi, cara itu kurang ifisien, the boosk of ely, menggambarkan bagaimana ia mengalahkan para cecuruk itu, menyerang di kandang lawan, tapi ia melakukan sesuatu hal. Yakni menghafai isi dari buku yang di bawakannya. Saat sang bos, tak bisa membaca huruf yang hanya orang buta saya yang dapat membacanya, ia frustrasi. Ely menang dalam hal ini. Boleh saya ibaratkan colonial, mereka menjarah hasil alam di Negara-negara saat ini, seperti halnya Indonesia yang dirampok habis-habisan, lewat siampo bermerek yahudi, makanan merek yahudi, minuman bermerek yahudi, pakaian bermerek yahudi, sumber daya alam kita di papua, di rampok oleh PT koloni, maka yang tersisa adalah kita hanya perlu untuk menghafal. Menghafal apa?... kembali kejalan yang benar dan terus untuk belajar agama. Kita kembali, membuka kitab yang tidak bisa di baca oleh manusia-manusia picik, dan bengis. Al qaidah, muhajidin, salafi, muhammadya, jama’ah tabliq, DDII, nahdatul ulama dan yang tak bisa di sebutkan satu-satu gerakan islam bawah tanah. Satu yang bisa kita perbuat, ia tak lain adalah belajar menganal lawan. Sudah lama kita perpecah belah, seperti halnya desa-desa yang terpecah belah dan dengan mudahnya di hancurkan oleh bangsa koloni dalam film the books of ely. Yuk, kita terus belajar dan belajar, bukankah pengalaman adalah guru yang baik. Islam sudah sering kali di fitnah, baik oleh kaum penjilat seperti orang-orang berfaham liberal, sekulare, dan ateis, tapi islam pula sering di kaburkan oleh sesama islam, di hina dan di pertontonkan dan di mainkan oleh media massa. Sudah saatnya kita tak perlu membenci sesama, sudah saatnya kita sadar akan kondisi pada tahapan ke tiga, sebelum datangnya tahapan keempat bukankah, ending dari film-film tersebut selalu indah, selalu menyenangkan si pemenang yang sebelumnya bersusah payah berbuat baik. Ada orang islam yang sudah dan sedang bergerak di desa-desa, di lereng-lereng gunung, di radio-radio, di masjid-masjid, di majelis-majelis ilmu, di televisi-televisi buangan yang sekulare, di majalah-majalah, tabloid, poster, di kaos-kaos, di jaket-jaket, dari rumah kerumah, dari vcd, mp3, internet, blog, sekolah, pasantren, langgar, musolah, mading, ebook, buku, zine, pin, mog, stiker dan lain-lain. Itu semuanya bagus, tinggal tetap istiqomah saja dalam menyampaikannya. Dan hati-hati politik adu domba yang sering di gunakan para koloni untuk kita, 350 tahun, adalah pelajaran bijak bagi kita agar mengetahui cara-cara picik mereka. Ok. Bukankah pengalan adalah guru yang paling baik:) 

0 komentar:

Posting Komentar