hujan nostalgia ambon tempo doloe

Posted by bilal Jumat, 03 Februari 2012 0 komentar
setelah sukses gagal membuat KTP di hari ini (22 desember 2012), saya harus pulang dengan tangan hampa. Namun, bukan saya namanya bila tidak punya cerita dibalik kesuksesan gagal dalam membuat KTP elektronik.

Singkat cerita, saya pulang dengan saudara saya; bapak saleh. Dalam perjalanan kami yg ditemani dengan hujan rintik-rintik. Bapak saleh bercerita bahwa jalan yg kita injak ini (belakang soya) dulunya adalah tempat pekuburan yg pada masanya bernama kerkok. Namun menginjak tahun 1975 pekuburan tersebut di pindahkan di daerah benteng atas. Lalu setelah dipindahkan, daerah balakang soya ini pun di bangun bangunan-bangunan seperti gedung DPRD, gedung kejaksaan tinggi, gereja, kantor berita antara cabang ambon, kantor PMI (palang merah indonesia) dan kantor catatan sipil.

Dalam acara pemindahan bangkai-bangkai tersebut ke benteng atas, ada terdapat satu bangkai anak residen belanda yg jasadnya masih utuh. Jasad anak wanita residen belanda ini konon kabarnya cantik bukan main, ditambah lagi dia mati dalam usia muda.

Hujan tak jua mau redah dan kita tak mau kalah dengannya. Kita berpacu dengan cepat dengan rintik hujan dan waktu yg berjalan sangat cepat.

Oke. Mungkin itu saja yg bisa saya tulis dimalam nan dingin ini. Bila ada kesempatan kita bernostalgia tentang jalan dan daerah yg lain bersama pakar sejarah kota ambon: muhammad saleh liem.

0 komentar:

Posting Komentar