hari ke-4: terbang ke negaranya david beckham
Jumat, 03 Februari 2012
0
komentar
tak ada perkenalan yg formal, bahkan informal pun tdk?. Malam ini, saya langsung diperhadapkan dengan seorang lelaki bule yg seperti bule beneran (lah emang bule) dan seorang wanita berjilbab hijau muda.
Wanita berjilbab itu bernama diva, sebelumnya saya melihatnya tidak mengenakan kacamata, lah sekarang saat saya dan ancy masuk kerumahnya ia langsung mengenakan kacamata berwarna putih transparan (sepertinya kacamata mines). Anyway, diva menjadi transleter kami dengan lelaki bule ini, suer bule beneran coy. Saya menoleh kearah sobat saya, yg sangat khusyu mendengar si bule berbicara. Saya memajinerkan pikiran saya saat si bule bernama barry sedang berbicara, tiba-tiba ancy memotong omongan barry, guru kami. Dengan menggunakan bahasa inggris yg sangat lancar, bahkan kevokalan berbicara ancy sama seperti orang-orang afrika berbicara yg menggunakan American style. Barry mangap-mangap melihat kepiawaian ancy. Tiba-tiba saya tersadar bahwa hal itu hanyalah gambaran imajinasi diotak saya. Saya tersadar berkat suara diva yg berkata kearah kami: bagaimana sudah tahukan?.
oh, saya ketinggalan bus. diva telah selesai menjelaskan apa yang dikata barry tadi. tiba-tiba seorang lelaki masuk, klucuk...klucuk... klucuk.
"hay, rama?" suara barry memecahkan keheningan kami - saya dan ancy. devi menoleh kearah anak lelakiitu. perbincangan pun dimulai, english lagi. saya dan ancy memandang mereka bertiga dengan tatapan kosong. persis dua orang rimba yang bengong memandang Tv yang sedang menyala.
ancy lebih kreatif. dia membolak-balikkan kamus yang berada ditangannya. sesekali diperhatikannya tiga orang didepan kami yang terus bebicara. barry mengambil potato dimeja dan melahapnya dengan cepat.
"don't serius. ok!" katanta kepada kami, si penonton sejati malam itu. rama mengambil lagi potato yang baru habis ditanganya. diva bebpindah posisi kesebelah ruma sambil mencomot kacang dua kelinci. barry berbicara panjang lebar menghadap kami, tangannya digerakkan dan kiri kekanan. "don't serius, ok!" kembali kata itu yang terucap. merasa kami tak ada respon, barry memandang diva yang sedang asik ngbrol dengan rama tentang tokoh fiktif di Tv.
"diva, translet!" pinta barry sambil menggerakkan kepalanya.diva merajuk, ia terlihat bete menjadi transleter.
"do it..."perintah barry lagi.
dengan sangat berat hati diva menterjemahkan perkataan barry. saya cuman beucap "he'emm", pada diva. padahal saya tidak mendengar perkataan devi. pokiran saya sedang melayang mendengarkan pengajian di masjid. saya membayangkan sedang nenunaikan sholat bersama orang-orang dengan ragam latarbelakang: ras, dan suku.
"excuse me, i listen is yau'r rule" dengan sangat terbata-bata, saya utarakan bahawa saya harus sholat,karna telah masuk waktunya.
"but, into my house, have tradition for prayer. and now, can i do to masjid for isya prayer?"
barry dengan antusiasme memberikan saya ekstra time untuk sholat. senang rasanya bisa diizinkan sholat. setidaknya belajar ok-sholat pun juga ok.
thanks to divid beckham... eh salah, pak barry.
Wanita berjilbab itu bernama diva, sebelumnya saya melihatnya tidak mengenakan kacamata, lah sekarang saat saya dan ancy masuk kerumahnya ia langsung mengenakan kacamata berwarna putih transparan (sepertinya kacamata mines). Anyway, diva menjadi transleter kami dengan lelaki bule ini, suer bule beneran coy. Saya menoleh kearah sobat saya, yg sangat khusyu mendengar si bule berbicara. Saya memajinerkan pikiran saya saat si bule bernama barry sedang berbicara, tiba-tiba ancy memotong omongan barry, guru kami. Dengan menggunakan bahasa inggris yg sangat lancar, bahkan kevokalan berbicara ancy sama seperti orang-orang afrika berbicara yg menggunakan American style. Barry mangap-mangap melihat kepiawaian ancy. Tiba-tiba saya tersadar bahwa hal itu hanyalah gambaran imajinasi diotak saya. Saya tersadar berkat suara diva yg berkata kearah kami: bagaimana sudah tahukan?.
oh, saya ketinggalan bus. diva telah selesai menjelaskan apa yang dikata barry tadi. tiba-tiba seorang lelaki masuk, klucuk...klucuk... klucuk.
"hay, rama?" suara barry memecahkan keheningan kami - saya dan ancy. devi menoleh kearah anak lelakiitu. perbincangan pun dimulai, english lagi. saya dan ancy memandang mereka bertiga dengan tatapan kosong. persis dua orang rimba yang bengong memandang Tv yang sedang menyala.
ancy lebih kreatif. dia membolak-balikkan kamus yang berada ditangannya. sesekali diperhatikannya tiga orang didepan kami yang terus bebicara. barry mengambil potato dimeja dan melahapnya dengan cepat.
"don't serius. ok!" katanta kepada kami, si penonton sejati malam itu. rama mengambil lagi potato yang baru habis ditanganya. diva bebpindah posisi kesebelah ruma sambil mencomot kacang dua kelinci. barry berbicara panjang lebar menghadap kami, tangannya digerakkan dan kiri kekanan. "don't serius, ok!" kembali kata itu yang terucap. merasa kami tak ada respon, barry memandang diva yang sedang asik ngbrol dengan rama tentang tokoh fiktif di Tv.
"diva, translet!" pinta barry sambil menggerakkan kepalanya.diva merajuk, ia terlihat bete menjadi transleter.
"do it..."perintah barry lagi.
dengan sangat berat hati diva menterjemahkan perkataan barry. saya cuman beucap "he'emm", pada diva. padahal saya tidak mendengar perkataan devi. pokiran saya sedang melayang mendengarkan pengajian di masjid. saya membayangkan sedang nenunaikan sholat bersama orang-orang dengan ragam latarbelakang: ras, dan suku.
"excuse me, i listen is yau'r rule" dengan sangat terbata-bata, saya utarakan bahawa saya harus sholat,karna telah masuk waktunya.
"but, into my house, have tradition for prayer. and now, can i do to masjid for isya prayer?"
barry dengan antusiasme memberikan saya ekstra time untuk sholat. senang rasanya bisa diizinkan sholat. setidaknya belajar ok-sholat pun juga ok.
thanks to divid beckham... eh salah, pak barry.
0 komentar:
Posting Komentar