gairah berdistro dan gengsi berpakaian bagi generasi muda

Posted by bilal Selasa, 05 Juni 2012 0 komentar
hahaha... Saya baru sadar, bahwa anak muda ambon begitu 'bergengsi' dalam berpakaian.
Tadi, saat lepas salat asar di salah satu masjid kebun cengkeh, saya dan teman saya duduk2 sambil menunggu hujan reda. Tiba2 masuk seorang anak muda, dgn baju kemeja necis, jelana gombrang, ke dalam masjid... Singkat cerita, ni anak keluar berbarengan saya dan teman saya keluar masjid. Tiba2 tmn saya komen: 'liat, bapa pung topi akang miring lae'. Saya cuman senyam-senyum doang mendengarnya.

Dari sini saya mulai paham tentang gengsi anak muda ambon dalam bergaya. Secara umum saya bagi 3 tipe anak muda ambon. Pertama, anak muda ambon yg doyan berburu baju, tapi, ikat pinggang dan celana. Biasanya, anak muda tipe ini adalah anak muda gaul. Lalu yg ke dua: tipe anak muda agamis. Anak muda jenis ini adalah model anak muda yg gaya berpakaian mereka, andalan: baju koko, kopia (peci) dan sarung. Terkadang ditambah janggut2 halus didagu mereka. Lalu tipe anak muda berikutnya, yaitu: anak muda yg sama sekali tak mementingkan gengsi berpakaian. Bagi mereka hidup untuk mencari nafkah lebih penting ketimbang gaya. Contoh tipe ini bisa kita jumpai pada masyarakat urban, yg tujuan datangnya mereka di ambon untuk jualan. Misalnya jualan bakso, sate dan sebagainya.

Dari ketiga tipe anak muda ini, yg paling membuka kegairahan ber-distro adalah tipe anak muda tipe pertama.

Dalam buku 'bergaya di kota konflik:mecari akar konflik ambon melalui gaya hidup anak muda' hatib mengatakan bahwa: 'salah satu distro yg saya temukan di kota ambon ini adalah sebuah toko bernama the mochist. Ini adalah distributor pakaian yg pertama sekaligus terbaru di kota ambon, ia berdiri di tahun 2003'. Wow, cukup lama juga nampaknya pen-distro-an di ambon. Mengingat begitu konsumtifnya anak ambon dan bergengsinya anak ambon dalam berpakaian, maka muncullah distro2 serta menjamur di kota ambon.

Namun, distro di ambon masih terbatas dalam menjual t-shirt saja. Bila dibanding dengan awal kemunculan distro di bandung, bisa di pastikan distro ambon masih kalah maju, bos.

The Mochist, hadir sebagai respon anak muda terhadap tingginya gaya dan gengsi anak muda ambon. Sedangkan di bandung, distro hadir awal 1990-an dan mulai ngetren serta menjadi rujukan kala band2 independen di bandung berusaha menjual merchandise mereka, seperti CD atau kaset, t-shirt juga sticker. Meski awal distro mereka menjual t-shirt (punk: ideologi yg di salah pahami. Hal: 119-120).

Walah. Bersambung...

0 komentar:

Posting Komentar