dari sebuah kelas

Posted by bilal Jumat, 03 Februari 2012 0 komentar
saya baru menyadari mengapa saya bisa menjadi seorang yg berkepala batu. Ternyata setelah saya renungkan. Kepala batu ini bersumber dari sebuah kelas. Lebih tepatnya didapat dari ilmu yg dituangkan dari sumur para guru-guru di kelas.

Di dalam kelas, saya di bimbing dg teori-teori hidup yg beraneka ragam. Silih berganti para guru memaksa untuk menelan air sumur pikiran mereka, dan pada akhirnya setelah mendapat pencerahan. Saya pun tahu bahwa guru saya ini dapat ilmu dari gurunya. Dan guru dari guru gurunya guru si guru pun sama, mendapat air dari satu mata air sumur. Anehnya, mereka memiliki way of life yg berbeda. Ada guru yg menggaungkan Nasionalisme, ada guru yg menggaungkan demokrasi, dan ada guru yg menggaungkan pancasila.

Saya bertanya-tanya sebenarnya warna apa sih yg hendak di poles oleh para guru ini? Bukankah lebih bagus hanya satu warna saja yg melekat pada warna kulit kita! Lalu saya mengambil inisyatif untuk memilih satu warna.

NASIONALISME.
pilihan pertama saya jatuh pada ide nasionalisme. Alasannya cukup simple; karna saya seorang pelajar, saya sering mendengar dan mengikuti diskusi tentang tema ini. Apa lagi mbah nasionalisme sering dipropagandakan oleh guru-guru saya. Di katakan bahwa;
'nasionalisme inilah yg menjadi pilar untuk mempersatukan orang indonesia! ... Bla... Bla... Bla... Bla... Bhuneka tulang ikan'.

Akhirnya saya meneguk propaganda ini. Namun ternyata air dari sumur ini terasa spat, nggak enak di telan. Saya pun memuntahkannya dicomberan. Pasalnya mbah (nasionalisme) hanya muncul setahun sekali. Itu artinya sehari saja mbah baru ada. Dan kalaupun dihari diluar tanggal 17 (anda tahu maksud sayakan!) mbah nongol itu hanya muncul pada saat indonesia di pecundangi oleh timnas macan malaya dalam ajang AFF.

0 komentar:

Posting Komentar