hantam Preman

Posted by bilal Sabtu, 23 Maret 2013 0 komentar
“Hantam Preman” 
Read: bilal revolusi

Catatan harian kecil: bilalrevolusi.blogspot.com

Ambon, 09 Februari 2013. P emberitaan penangkapan Hercules dan teman-teman menjadi hal yang sangat mengembirakan. Bukan hanya untuk media massa. Tapi juga untuk saya yang memang tidak menyukai dengan aksi premanisme. Sudah saatnya orang Maluku menghilangkan image “gelap” pada dirinya—meski orang-orang Maluku berkulit gelap, ini bukan berarti kulit gelap dekat dengan criminal, tapi kita bisa membuktikan bahwa kita boleh-boleh saja berkulit gelap namun hati kita putih sebening salju [prkitiuuUUuuu]. Salah satu cara membuktikan-nya adalah dengan berbuat baik, bukan premanisme.


Once upon a time, saat saya masih sekolah dahulu, saya benar-benar tidak menyukai palak-palakan yang dilakukan oleh mereka-mereka yang dengan seenak judatnya merampas uang orang lain. Mungkin Karena saya yang terlahir dari keluarga menengah kebawah, menjadikan jiwa saya cukup sensitif bila menyangkut uang. Dan saya yakin, bilamana orang Maluku memiliki kecerdasan financial dan kecerdasan intelektual bisa jadi kita bukan hanya disegani dimata orang lain, melainkan juga diperhitungkan. Inilah mengapa premanisme kerap terjadi--kecerdasan financial tidak kita punya dan kecerdasan intelektual juga tidak terlalu diperhatikan. Maka jadilah kita orang Maluku sebagai masyarakat yang terombang-ambing. Mudah marah saat orang lain menjadi pembisnis handal dikota kita sendiri, atau malah kita menjadi jongos dikota kita.

Salah satu yang mengubahnya adalah dengan belajar dan membaca. Saya meragukan dengan mereka-mereka yang berlagak sok, jagoan dikota orang—bisa jadi mereka merupakan orang yang sangat tidak menyukai buku, Mereka suka dengan ilmu politik. Sama layaknya orang ambon disini. Lebih berbinar-binar kalau berbicara politik dan meresa lemas kalau ditawarkan buku dengan tebal 500 halaman. Padahal diambon telah hadir gramedia yang membuka pintunya layaknya perpustakaan wilayah yang siap memberikan buku untuk anda baca. 

Yah, tapi begitulah. Janganlah kita membahas dunia baca-membaca, lawong saya masuk keperpustakaan dengan celana diatas matakaki saja, saya sudah dilirik, ditegur—padahal niat saya keperpustakaan wilayah untuk membaca buku bukan untuk fasionshow dengan berkemeja ala ivan gunawan [Tulisan saya tentang sikap perpustakaan wilayah Ambon bisa anda baca disini: ].

Biangkerok preman perlu dimusnakan.
Untuk menciptakan kedamaian dunia [ceile bahasanya kayak presiden iran saja] maka kita perlu untuk mebinasakan biangkerok kejahatan. Premanisme dan segala hal yang semisalnya pun perlu untuk dibumihanguskan. Ia bukan hanya membuat kerusakan dan kegetiran, tapi juga bisa membangun image yang jelek. Adik saya saat menonton pemberitaan Hercules diTV-nya om bakri, ia mendukung Hercules. Tapi saya malah senyum mendengar apa yang ia katakan. Saya mulai mengarahkan pada pandangan yang lain, bukan hanya pandangan kedaerahan. 

“biarpun ia orang Maluku. Tapi kalau ia berbuat salah, tetap harus dihukum. Kayak gini lho, jar. Ada orang jawa bunuh orang dipasar, maka orang jawa tersebut harus mempertanggung jawabkan apa yang dia lakukan. Begitu pula dengan pemberitaan dihari ini—kalau Hercules dan teman-temannya berbuat salah, yah perlu mempertanggung jawabkan apa yang mereka lakukan. Bukan karena dia orang Maluku lantas terbebas dari tanggung jawab”. 

Adik saya, fajar mulai paham dengan apa yang saya katakan. Mungkin lebih bagusnya kalau saya membandingkan perkataan manusia agung menurut versi M. heart dalam 100 manusia berpengaruh diuinia dengan apa yang terjadi hari ini. 

Rasulullah dengan suara serak layaknya Alm Gitorolis berkata dihadapan teman-temannya:

Bila Fatimah putriKu berbuat yang sama [melakukan kejahatan]. Maka aku pun tak segan-segan menimpakan hukuman padanya [potong tangan].

Kata-kata ini begitu melegenda, dan sangat tegas. Dalam sejarah saya belum mendengar perkataan yang serupa. George bus tak berani berkata demikan padahal dunia tunduk pada Fatwa-Fatwanya kala ia menjabat sebagai penguasa negeri om samiri tempo hari.

Oke, saya tutup catatan harian ini dengan mengitip perkataan muqadimah UUD 1945:

Bahwa penjajahan diatas dunia [Premanisme termasuk, red] harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan perikeadilan.[]

0 komentar:

Posting Komentar