Hidden Agenda Dalam Pemberitaan Media Massa di Indonesia
Jumat, 01 Februari 2013
0
komentar
Subchaoszine–Mungkin pertanyaan ini yang muncul dalam benak kita setelah melakukan sedikit analisis terhadap pemberitaan-pemberitaan media massa nasional kita akhir-akhir ini yang sering menyerang umat Islam/ ormas-ormas Islam serta mencitrakan buruk mereka.
Jika kita mengacu pada pengalaman yang dilakukan media-media Barat, gambaran tentang Islam yang distortif sudah mereka lakukan sejak Abad Pertengahan Eropa[1]. Stigma itu turun-temurun diwariskan dan disebarkan oleh para Orientalis melalui dasar-dasar yang mereka buat dan stereotip yang mereka desain. Apa tujuannya? Tujuannya tidak lain adalah untuk memperdalam kebencian dan permusuhan publik terhadap Islam sekaligus meletakkannya sebagai musuh. Jika konteksnya di Indonesia yang mayoritas muslim, stigma negatif yang dibentuk media massa mainstream lalu di-publish ke khalayak yang notabene mayoritas muslim pula tidak lain tujuannya adalah untuk membentuk Islamophobia dikalangan umat Islam sendiri. Akibatnya, umat Islam yang mayoritas awam (common sense) akan ikut ‘membenci’ agamanya sendiri, yang di media direpresentasikan dengan ormas-ormas/ gerakan-gerakan Islam.
Mungkin muncul pertanyaan mendasar tentang media massa di Indonesia bahwa apakah ada kaitan antara pemberitaan media-media massa disini dengan kontrol yang dilakukan oleh Barat? Apakah media massa lokal pun telah mendapat campur tangan Barat dalam memilih, menentukan, menetapkan sudut pandang dan menonjolkan setiap berita yang dipublikasikannya?
Ada beberapa alasan mengapa media-media massa besar di Barat mampu melakukan kontrol kepada media-media massa di Indonesia. Diantaranya adalah:
Pertama, karena media massa nasional di setiap negara seperti Indonesia belum memiliki kemampuan untuk meliput secara maksimal setiap pemberitaan internasional yang terjadi di negara-negara Barat. Akhirnya hal ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadap media-media Barat sebagai sumber informasi yang dianggap ‘akurat’. Disisi lain, media-media massa di Barat memang sengaja berusaha memonopoli peran penentu pemberitaan. Seperti yang dilakukan oleh The New York Times, the Wall Street Journal, dan the Washington Post, tiga kantor berita media cetak yang menentukan arah pemberitaan dan menentukan pengambilan keputusan oleh tokoh-tokoh di seluruh ibukota negara di dunia. Mereka bisa menetapkan mana saja yang layak menjadi berita dan mana saja yang tidak layak. Hal itu terjadi pada tingkat nasional maupun internasional. Mereka dapat meng-create berita disaat surat kabar yang lain sekedar hanya menyalin dan menyebarkannya ke seluruh dunia[2].
Kedua, terbukti banyak keterkaitan media-media nasional di Indonesia dengan agenda Yahudi-Zionis internasional. Protokol of Zion yang telah lama bocor dan menjadi populer diseluruh dunia itu bukan isapan jempol semata. Dalam Protokol yang kedua-belas dikatakan sebagai berikut:
“ Kita akan menangani Pers dengan cara sebagai berikut:
1.Kita harus menungganginya dan mengendalikannya denganketat. Kita juga harus melakukan hal yang sama denganbarang cetakan, karena kita perlu melepaskan diri kita dari serangan-serangan Pers, kalau kita tetap terbuka terhadapkecaman melalui pamflet dan buku-buku.
2.Tak boleh satupun pernyataan sampai ke masyarakat diluar pengawasan kita. Kita telah mencapai hal itu pada saat ini sampai pada suatu tingkat dimana semua berita disalurkanmelalui kantor-kantor berita yang kita kendalikan dari seluruh bagian dunia.
3.Literatur dan jurnalisme merupakan dua kekuatan pendidikan yang sangat penting, dan karena itu pemerintahkita akan menjadi pemilik sebagian besar dari jurnal-jurnal yang ada. Kalau ada sepuluh jurnal swasta, maka kita harusmemiliki tiga-puluh jurnal milik kita sendiri, dan seterusnya.
Hal ini tidak boleh sampai menimbulkan kecurigaan dimasyarakat, karena alasannya semua jurnal yang kitaterbitkan akan diluar kecenderungan dan pendapat yang paling kontroversial, jadi kita membangun kepercayaan pada masyarakat dan menarik perhatian lawan-lawan kita yang tidak mencurigai kita, dan akan masuk perangkap kitadan membuat mereka tidak berbahaya.”[3]
Seorang mantan Ketua Badan Intelijen Negara, Z.A. Maulani (Alm) memperkuat fakta tentang realisasi misi Zionis-Yahudi dalam protokol tersebut. Beliau berkata tentang tiga koran harian raksasa di Amerika, The New York Times, the Wall Street Journal, dan the Washington Post:
“…ini milik pemodal Yahudi, seperti juga koran-koran lain kini di Amerika Serikat dan di sebagian besar dunia. Keluarga Suzberger, seorang pemodal Yahudi yang menguasai The New York Times Company menguasai 36 buah perusahaan surat-kabar lainnya, dan duabelas majalah, termasuk McCall’s dan Family Circle. Pemilikan media cetak ini tidak berhenti hanya sampai koran yang memiliki pengaruh, tetapi hahkan sampai koran-koran kuning di New York, seperti the Daily News, dan the New York Post, yang dimiliki seorang milyarder Yahudi yang juga pengembang real-estate, Peter Kalikow. Koran ‘The Village Voice’ juga milik pribadi seorang pemodal Yahudi bernama Leonard Stern.”[4]
Kepemilikan media massa inilah yang menjadi sumber permasalahan yang terkait dengan kontrol media massa nasional kita oleh kekuatan tertentu. Para pemilik modal Yahudi garis keras yang menguasai kantor-kantor media massa nasional kita dengan cara membeli saham-saham perusahaan media tersebut. Seorang Rabbi Yahudi, Shabsi Bulman, mengatakan:
“Media dengan dengan segala kepemilikan perusahaan media massa yang besar lainnya semuanya hampir dikuasai Yahudi. Melalui perusahaan keuangan dan surat berharga (saham) didapati bahwa mereka memegang posisi penting seperti: Kepala Pejabat Eksekutif, Kepala Pejabat Keuangan, dan lain sebagainya. Dengan cara macam ini, mereka bisa mempromosikan Yahudi sesuai dengan kepentingan Israel. Sensor cerita dan wartawan yang mengganggu adalah agenda yang tak kunjung berakhir”[5]
Lalu siapa yang harus kita percaya dalam pemberitaan?
Sudah terlampau banyak kasus-kasus pemberitaan di media massa nasional di negri ini yang ikut memproduksi dan menyebarkan berita menyimpang tentang Islam. Lalu kemana kita mencari informasi yang benar-benar dapat dipercaya?
Setidaknya, umat Islam di Indonesia lebih percaya pemberitaan tentang Islam kepada media-media Islam dibandingkan dengan media-media mainstream. Karena jelas keduanya memiliki semangat/motivasi yang berbeda ketika memberitakan suatu isu, khususnya Islam. Ada faktor-faktor kepentingan yang besar yang berpotensi mewarnai arah pemberitaan bagi keduanya. Jelas media-media Barat/ Yahudi akan melanggengkan kekuasaan mereka dengan mencitrakan buruk umat Islam. Jika seluruh umat Islam selalu mencari sumber berita tentang Islam dari kantor-kantor berita Islam yang terpercaya maka kemungkinan-kemungkinan penyimpangan berita itu akan diminimalisir, orientasi para jurnalisnya bukan untuk sekedar kapital, motivasinya dalam mencari berita adalah jihad fii sabilillah. Kantor berita Islam yang benar akan ‘melibatkan’ Allah Swt dalam setiap pengambilan keputusan pemberitaan, sedangkan media mainstream mengedepankan kelanggengan kekuasaan, kapital dan hal-hal duniawi lainnya.
Sudah saatnya seluruh umat Islam di negeri ini memasang sikap prasangka (prejudice) buruk dengan setiap pemberitaan media massa mainstream tentang Islam. Sikap tersebut harus dilakukan demi membentengi diri dari pengambilan kesimpulan atas kebenaran berita dari media massa mainstream itu. Yang seharusnya dilakukan adalah mengklarifikasi kebenaran berita tersebut kepada media-media muslim. Kita harus melihat isu-isu ke-Islaman yang muncul ketika itu sebagaimana media-media Islam memandang. Jika hal ini bisa benar-benar terjadi, maka berita tentang Islam di media mainstream tidak akan laku lagi. Kepercayaan umat Islam kepada media akan meningkat. Kantor-kantor berita akan berlomba-lomba memperbaiki kualitas kinerjanya. Dan suatu hari nanti, sangat mungkin terjadi media-media Islam menjadi media tandingan yang memiliki kekuatan pengaruh yang melebihi media massa mainstream. Amin. Doakan segera terwujud.[]
Oleh : Aik a.k.a Aditya Abdurrahman Abu Hafizh
[Curhat Mingguan Ke-49, 05/11/2012, 14:28]
[Curhat Mingguan Ke-49, 05/11/2012, 14:28]
[1] DR. Lathifah Ibrahim Khadhar, Ketika Barat Memfitnah Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 2005, hlm.13
[2] Z.A. Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Jakarta: Daseta, 2002, hlm.177
[3] Protocol of Zion, dikutip oleh Z.A. Maulani dalam Zionisme: Gerakan Menaklukkan Dunia. Jakarta: Daseta, 2002, hlm.168-169
[4] Ibid, hlm.177
[5] Rabbi Shabsi Bulman, Yahudi Infotainment. Yogyakarta: Pustaka Solomon, 2010, hlm.72
0 komentar:
Posting Komentar