“Pacaran: 101 cerita”

Posted by bilal Rabu, 08 Mei 2013 0 komentar
“Pacaran: 101 cerita” 
Read: bilal revolusi

Ambon, 2 mei 2013.

Rudini dan saya terlibat sebuah pembicaraan tentang pacaran. Saya yang memulai pembicaraan ini:

 “gimana tidak panas coba, lah wong tuh cewek pake jilbab. Tapi, di dalam oto IAIN dia malah mesra-mesraan di oto, pake taru kepala didada cowoknya lagi. Dan yang bikin saya sebel, tuh cowok bilang bikini keceweknya yang pake jilbab itu; nanti kalau ujian, telfon abang saja pake headset—ade baca soalnya, kakak yang jawab”


Rudini malam itu Cuma geleng-geleng kepala. Kami sepakat bahwa dunia anak muda nggak bisa dilepas dengan yang namanya cinta. Namun, cinta dan mesra-mesraan semacam itu, bagi saya nggak lebih dari sampah. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari pacaran yang modelnya layaknya suami-istri ini. kebanyakan dari mereka akhirnya melantarkan anak mereka. Ini bukan soal nutrisi atau sekolahnya yah!!! Tapi ini soal pendidikan agama yang mempuni, sebuah mentalitas yang biasanya baru disadari bahwa pendidikan agama itu sangat-sangat penting diakhir hidup seseorang. Dan selayaknya orang tua yang hanya berharap pada dunia pendidikan [sekolah] hari ini. jadilah generasi mereka seperti sapi pera yang siap untuk mengabdi sebagai hamba uang, hamba seks, hamba jabatan—yang sekarang bisa kita lihat dengan mata telanjang dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi yang kita lihat, merupakan bibit dari leluhurnya dahulu yang tidak memperhatikan anaknya sendiri.

Baiti jannati.

Saya masih inggat bagaimana saya membangga-bangakan konsep rumah dalam pandangan islam, hingga melahirkan perkataan: baiti jannati. Berbekal makalah sederhana saya mencoba untuk membuktikan bahwa lewat pendidikan yang benar-benar terjaga, ibnu kaldun yang merupakan pioneer sosiologi modern dan penulis buku sejarah mutahir, menjadi seorang yang dikenal dunia bermula dari rumahnya. Bagaimana dia didik untuk menjadi seorang yang pandai. Bagaimana kesehariannya di rumah dijaga baik-baik oleh orang tuanya untuk tunduk dan patuh pada perintah Allah. Hasilnya, diumur yang sangat muda, yakni masih anak-anak dia sudah menjadi hafiz al Qur’an. Dia pun mendalami ilmu-ilmu lain. Dari sini seorang ibnu khaldun menjadi manusia dengan bermental baja dan pikiran yang sangat kritis untuk menulis catatannya tentang keadaan politik, social dan ekonomi dimasanya itu.

Hal inilah yang jarang kita temui pada dunia islam hari ini. kalau pun ada. Kebanyakan adalah manusia-manusia munafik seperti halnya wanita berjilbab dan lelaki dungu yang memamerkan zina mereka di dalam oto.
Bila ada yang bertanya, gimana dengan kamu Al???... bukankah kamu juga pacaran???. Dengan snagat tegas dan percaya diri, saya mengatakan tidak. Saya tidka pernah pacaran, saya tidak pernah menzinahi anak orang dengan menggenggam tangannya, mengecup bibirnya dan lain-lain. Saya tidak pernah pacaran. Kalau pun saya pacaran, pacar saya adalah buku. Saya memegang prinsip islam, bahwa tak ada pacaran dalam ajaran islam. dan islam tidak pernah membenarkan dan merelakan ada yang mengatakan ada pacaran islami. Meski tak bisa dipungkiri bahwa kakak saya yang sekarang sudah kawin pun, melalui masa pacaran. Dan adik saya yang juga mengikuti jejak kakaknya terdahulu yang sudah kawin untuk pacaran. Tapi saya, pribadi menggap bahwa pacaran bukanlah satu-satunya cara untuk mencari jodoh. Saya sangat menentangpendapat seorang teman yang mengatkan kalau tidak dengan pacaran bagaimana mungkin dia bisa kawin dengan seorang wanita.

Singguh dia seolah menghina Tuhannya, dengan perkataan yang sangat rendah itu. dia menggap bahwa Tuhan hanya hadir untuk hal-hal metafisika belaka, hadir saat ada orang yang mati lalu dikuburkan, hadir saat bulan Ramadan saja. Sekali lagi, pacaran bukan satu-satunya jalan untuk mendapatkan jodoh. Sekuat apapun nggapan bahwa kelak kau akan bersanding dengannya dipelaminan, tapi saat Allah mengatakan bukan??? Gimana. Bukankah kasus kekerasan dan sekarang telah mesuk kedalam ranah hukum yang melibatkan pebintang sinetron menjalani masa pacaran dengan sang kekasih sangat panjang????... bukankah mati adalaha hak Tuhan untuk mencabut dan memberi nyawa???... lantas bagaimana mungkin manusia yang tidka punya ilmu tentang hal gaib bisa mengatakan bahwa kalau bukan pacaran gimana lagi???? Aaala, najis…………

Ehhhh, terlalu penjang membahas-nya, saya undur diri dulu deh. Biar hati dan pikiran saya tidak panas dengan sikap anak muda yang sama kayak binatangJ

0 komentar:

Posting Komentar