nggak genteleman
Selasa, 23 April 2013
0
komentar

Read: bilal revolusi
21 April 2013.
Akhirnya saya bisa nulis lagi. Dan kali ini dalam catatan harian kecil: bilal revolusi, saya pengen nulis soal genteleman, sebuah jiwa yang nggak semua orang bisa melakukannya. Lihat saja kasus pengecut yang dilakukan oleh opnum yang menulis di salah satu Koran local tentang pungutan liar [pungli] di program study. Saya yang kala itu nggak membaca Koran Cuma bisa tertawa, saat di informasikan sama teman saya. saya menganggap orang yang mengangkat berita tersebut merupakan orang gila.
Sikap genteleman
adalah sebuah sikap yang biasa melekat di jiwa seorang pemberani yang merasa
benar. Namun, kebalikan dari sikap ini adalah nggak genteleman—sikap pengecut
yang biasa melekat untuk para pecundang yang semua dikatakannya nggak lebih
dari kebohongan. Dan para pengecut-pengecut itu dalam sejarah di kenal sebagai
manusia-manusia pecundang yang dianggap tokoh antagonis. Dalam novel biasanya
tokoh pecundang digambarkan sebagai manusia pendengki atas apa yang diperoleh
orang lain. Sayangnya, biasanya ending dari tokoh ini sering tertimpa
malapetaka [sad ending].
Nah, saya pun
yakin bahwa tokoh antagonis dalam program study yang memberitakan bahwa ada pungutan
liar—itu pun nggak lebih dari gaya
lebay. Toh semua yang dituduhkan untuk ketua program study nggak terbukti
adanya. Sahabat saya berkali-kali mengatakan bahwa tindak-tanduk yang dilakukan
oleh opnum yang nggak genteleman tersebut adalah tindakan bodoh yang mencoba
merusak citra orang lain dengan menganggkat berita di media cetak, tapi dia
nggak tahu bahwa menulis di blog atau web dibaca oleh seluruh Negara, bukan
lagi dibaca oleh segeluntir orang.
Dan untuk
menutup catatan harian ini, saya hanya menghimbau bahwa orang yang mengangkat
berita di Koran local tersebut adalah sebuah sikap yang berlebihan yang nggak
punya dasar yang kuat bahkan boleh dikatakan tindakannya nggak lebih dari tindakan
seorang tukang fitnah yang dengan sengaja menghembuskan berita bohong. Toh selama
ini yang mengangkat berita pun seolah-oleh bersembunyi dibalik bulu di program
study dengan tidak berani mengatakan bahwa dia yang mengangkat berita di media
tersebut. Namun, lagi-lagi seperti yang kita ceritakan di atas sebelumnya bahwa
salah satu sikap seorang yang nggak genteleman adalah seorang pengecut, seorang
pecundang yang bisanya pandai berlisat lidah dan menyembunyikan tindakan
busuknya itu.
Saran
saya.
Saya
menyarankan untuk mereka yang mengangkat tulisan di media local dengan sikap
genteleman haruslah mengaku, bukan dengan bersembunyi dengan rasa ketakutan
yang nanti-nanti akan ketahuan belangnya pula. Kan nggak baik juga kalau anda seperti
tenggelam dalam kesalahan anda sendiri dengan memfitnah orang lain, dan
mengkambing hitamkan orang lain dalam pemberitaan ini.[]
0 komentar:
Posting Komentar